KIPI 10th
Written by Directorate of Media and Communication (7/12/2025)
Melbourne (12/07/2025) – Konferensi Internasional Pelajar Indonesia (KIPI) yang ke-10 resmi digelar di Sidney Myer, University of Melbourne, Australia pada Sabtu (12/07/2025). Mengangkat tema “Advancing Indonesia–Australia Partnerships: Driving Collaboration, Innovation, and Advocacy for Sustainable Growth”, KIPI 10th yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) ini dihadiri oleh lebih dari 210 partisipan dengan 30 diantaranya bergabung secara daring.
Lebih daripada itu, KIPI 10th turut pula menghadirkan lebih dari 20 pembicara dan 50 penyaji yang mempresentasikan buah pikir bagi keberlangsungan kolaborasi Indonesia dan Australia.
Satutya Wicaksono, Ketua Pelaksana KIPI 10th, mengungkapkan bahwa KIPI adalah sebuah platform yang menjembatani ide dari pelajar-pelajar untuk berkontribusi dalam hubungan Indonesia-Australia.
“KIPI adalah salah satu inisiatif unggulan PPIA. Ini menjadi wadah pertukaran ide yang bermakna, yang menjembatani pemikiran para pelajar untuk membangun jembatan antara Indonesia dan Australia,” jelas Satutya pada Sabtu (12/07/2025).
Sementara itu, dalam sambutannya, Wildan Ali selaku Presiden PPIA menyampaikan bahwa tema KIPI 10th ini dipilih sebab menggambarkan identitas pelajar Indonesia.
“Tema ini merangkum identitas kita. Kami, pelajar Indonesia di Australia, adalah jembatan antara dua negara besar. Pendekatan kita mungkin berbeda-beda, tetapi kita dipersatukan oleh satu tujuan. Pengalaman saya mengajarkan bahwa kolaborasi bukan hanya tentang menyatukan keterampilan, tetapi membangun pemahaman bersama. Itulah semangat kemitraan yang ingin kita wujudkan,” terang Wildan.
Lebih lanjut, Wildan mengungkapkan bahwa melakukan kolaborasi perlu lebih jauh daripada selebrasi, tetapi juga advokasi. Ia mengungkapkan bahwa “Kolaborasi menuntut keberanian. Keberanian untuk berdiskusi secara terbuka, keberanian untuk memperjuangkan mereka yang menghadapi tantangan,” jelasnya.
Dalam penghujung sambutannya, Wildan menyampaikan perhatiannya pada masalah mahasiswa Papua yang mengalami kesulitan studi di Australia dan penyetaraan ijazah bachelor degree tiga tahun tanpa honour yang dianggap sebagai diploma di Indonesia. Ia juga mengajak seluruh partisipan untuk terus berkomitmen dalam merajut kolaborasi menjadi aksi.
“Jangan biarkan konferensi ini selesai hanya dengan bertukar kontak atau ide-ide bagus. Mari kita pulang dengan komitmen. Komitmen untuk memulai satu proyek lintas budaya, membimbing satu anak muda, atau bergabung dalam tim advokasi kami untuk mengubah diskusi hari ini menjadi kolaborasi nyata di masa depan,” tutup Wildan.
Secara virtual, Michael Wesley, Deputy Vice Chancellor Global, Culture and Engagement at the University of Melbourne turut mengucapkan rasa berbahagianya atas terselenggaranya KIPI 10th ini. Menurutnya, Indonesia adalah partner penting dan mahasiswa Indonesia adalah bagian vital dari komunitas belajar University of Melbourne. Ia berharap agar konferensi pelajar ini bisa menjadi wadah yang inspiratif dan produktif.
Terakhir, Siswo Pramono (Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Republik Vanuatu) mengungkapkan bahwa demokrasi adalah pilar utama yang menjadi pondasi penting kolaborasi Indonesia.
“Democracy that delivers, itu yang penting,” singkat Siswo.
Ia juga menekankan pentingnya Indonesia dan pelajar Indonesia di Australia untuk sadar pada kekuatan diplomasi ekonomi dalam membangun partnership yang berkelanjutan.
“Kita perlu mengoptimalkan diplomasi ekonomi untuk menciptakan sinergi antara Indonesia dan Australia. Diplomasi ekonomi yang diwujudkan dalam kerja sama nyata,” terang Siswo.
Di penghujung sambutannya, ia juga mengingatkan agar kedua negara, Indonesia dan Australia, untuk serius dalam membangun kooperasi yang bermanfaat bagi kolaborasi yang berkelanjutan.
“Indonesia dan Australia perlu mengambil langkah berani dengan kemauan politik yang kuat demi menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan,” tutup Siswo.
KIPI ke-10 membahas enam isu strategis, yaitu antara lain Strong Institutions, Security, Laws & International Relations; Climate Resilience, Sustainability, Environment & Energy; Economic Transformation, Business & Policy; Health, (Bio)Medicine & Wellbeing; Language, Education, Art, Design & Culture; dan Emerging Tech, Engineering & Digital Innovation. Dimana akan ada tiga plenary sessions di hari pertama (Sabtu/12/07/2025) dan disambung dengan tiga plenary session lainnya di hari kedua (Minggu/ 13/07/2025).