Upacara Bendera 17 Agustus 2025 di KJRI Melbourne
Written by Directorate of Public Relation and Alumni Network (9/7/2025)
Kontributor: Aisha Adelia - The University of Melbourne
Merefleksikan Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Melbourne
Meskipun jauh dari negara tercinta, pelajar, diaspora, dan orang Indonesia pada umumnya merayakan Hari Kemerdekaan secara meriah di Melbourne. Sejumlah acara diadakan sebelum tanggal 17 Agustus, seperti pertandingan olahraga dan konser musikal yang diikuti oleh pelajar dan diaspora Indonesia. Di hari H, terdapat dua upacara bendera: pertama di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne pada pagi hari dan kedua di Federation Square, tempat acara yang cukup populer di pusat kota, pada siang hari. Kebetulan saya mengikuti upacara bendera di KJRI Melbourne, yang merupakan pengalaman pertama saya merayakan Hari Kemerdekaan di luar negeri.
Di KJRI Melbourne, lebih dari 1.000 orang berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara. Itu terasa seperti upacara bendera yang biasa saya ikuti, di mana atmosfernya terasa seperti kami sedang berada di Indonesia. Perbedaannya hanyalah saya merasa kedinginan karena saat ini sedang musim dingin, padahal di Jakarta saya selalu kepanasan dan berkeringat saat mengikuti upacara bendera. Tentu, saya merasa terharu dan sedikit menitikkan air mata ketika lagu “Indonesia Pusaka”, salah satu lagu Indonesia favorit saya, didengungkan. Orang-orang juga ikut bernyanyi bersama.
KJRI Melbourne juga memberikan Konjen Awards 2025 kepada orang-orang dan organisasi yang berpengaruh dan berkontribusi dalam menguatkan hubungan antara Indonesia dan Australia, khususnya di negara bagian Victoria dan Tasmania. Inilah nama-nama mereka:
● Bapak John Cheong Holdaway (Gamelan Dananda)
● Dr. Taufiq Tanasaldy (University of Tasmania)
● Ibu Cas Charles (Ogoh-ogoh Project Tasmania)
● Ibu Uppi Turnbull (Tokoh Tralalgon)
● Ibu Gerdine Maengkom (Purna Tugas KJRI Melbourne)
● Indonesian Culinary Association of Victoria (ICAV)
Sejujurnya, saya merasa sangat bersyukur dan bangga ketika melihat diaspora Indonesia memiliki semangat yang luar biasa untuk merayakan Hari Kemerdekaan meskipun sudah jauh dari rumah dalam jangka waktu yang lama. Mereka masih memiliki ‘percikan’, kebanggaan, dan rasa memiliki kepada Indonesia.
Setelah upacara, akhirnya kami mendapatkan ‘kotak konsumsi’ berisi makanan ringan yang kami tunggu-tunggu. Isinya arem-arem, risoles, macaroni schotel, dan lapis surabaya, yang mengobati kerinduan kami terhadap rumah. Rasanya enak, tetapi sudah dingin, sehingga beberapa orang memanaskannya di pemanas portabel yang dipasang di lapangan.
Ketika kami makan, ada paduan suara dan grup musik yang memainkan beberapa lagu. Uniknya, grup musik tersebut terdiri atas beberapa remaja Australia yang pandai memainkan lagu Indonesia. Belakangan, saya baru mengetahui bahwa mereka tidak memiliki darah Indonesia sama sekali dan tertarik dengan budaya Indonesia ketika belajar bahasa Indonesia di sekolah.
Pada upacara di Federation Square, bendera Indonesia dinaikkan bersamaan dengan bendera Australia. Upacara itu ditonton oleh banyak orang Indonesia maupun Australia, lalu ada juga pertunjukan reog. Pada akhirnya, itu adalah pengalaman pertama saya merayakan Hari Kemerdekaan di luar negeri, tetapi itu juga salah satu pengalaman yang terbaik.