Gambar terlampir berisi kumpulan data yang relevan dengan artikel. (Disusun sebagai Tabel 1 & Tabel 2 selanjutnya)
Written by Directorate of Public Relation and Alumni Network (7/22/2025)
Efek Dua Arah dari Sistem Pangan dan Konsumsi Protein
Saat ini, dunia menghadapi sebuah tantangan: krisis pangan, khususnya protein, yang diprediksi akan semakin buruk seiring pesatnya pertumbuhan penduduk. Perserikatan Bangsa-Bangsa (2017) memprediksi bahwa populasi global akan bertumbuh hingga hampir 10,46 miliar jiwa pada tahun 2050. Akibatnya, angka orang lansia yang meningkat akan menggandakan kebutuhan rata-rata asupan protein (UNFPA, 2019). Menurut hukum Malthusian, sifat eksponensial dari pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan menyusul dan mengalahkan kecepatan produksi agrikultur, menyebabkan kemiskinan dan kelaparan.
Bagaimana Permintaan dan Penawaran Protein Berubah?
Protein dikenal atas fungsinya sebagai pembangun tubuh. Protein hewani dan nabati keduanya terbuat dari 20 asam amino. Tubuh manusia tidak bisa menghasilkan asam amino dasar yang mencakup histidin, isoleusin, lisin, metionin, feinlalanin, treonin, triptofan, dan valin. Oleh karena itu, mereka harus diperoleh melalui makanan. Kekurangan asupan makanan, yang umum terjadi di negara-negara miskin, menyebabkan kekurangan protein.
Kandungan protein dalam pola makan sehari-hari sudah meningkat secara global sebesar 7% sejak tahun 2010, kecuali di Afrika dan Oseania, di mana jumlah itu menetap di 65 dan 100 gram per kapita (FAO, 2024). Data dari tahun 2021 menunjukkan konsumsi protein hewani yang lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi, lebih tepatnya sebanyak 71,2 gram per kapita, dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan rendah, yaitu sebanyak 10,9 gram per kapita. Para peneliti sedang berusaha memahami mekanisme di belakang berbagai perubahan sumber protein ini, yang juga dikenal sebagai transisi protein. Transisi protein telah terbukti di antara pendekatan multidisiplin lain.
Upaya Peningkatan Konsumsi Protein Beragam di Indonesia
Konsumsi Protein Indonesia Terkini
Menurut BPS (2023), konsumsi protein Indonesia adalah sebesar 62,33 gram per hari. Selain itu, BPS juga mengatakan bahwa masyarakat sebaiknya mengonsumsi lebih banyak protein (Tabel 1), mulai dari 45,76 hingga 81,22 gram per hari untuk 1663,05 hingga 2504,91 kkal per hari. Jumlah-jumlah ini dipengaruhi oleh daya beli. Ekonom, Chatib Basri (2024), berkata bahwa meskipun memiliki pasar domestik yang besar, daya beli Indonesia masih terbatas. Hal ini seharusnya dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi konsumsi protein (Tabel 1).
Walaupun tidak dapat mengukur kualitas protein, data ini menunjukkan konsumsi protein yang cukup menurut rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke-11 (WPNG, 2018), tertulis sekitar 2100 kkal untuk kalori dan 57 gram protein untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, asupan kalori masih di bawah standar (Tabel 2).
Data lain menunjukkan bahwa sekitar 77,7% dari protein yang dikonsumsi dari makanan dan minuman buatan sendiri yang cenderung lebih sehat karena mereka dianggap tidak mengandung bahan tambahan; sisanya dikonsumsi dari produk yang dibeli dari toko. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) bulan Maret pada tahun 2023, Badan Pusat Statistik Indonesia menerbitkan proporsi konsumsi kalori sehari-hari yang spesifik berdasarkan berbagai kelompok makanan yang berbeda (BPS, 2023b). Hal ini menimbulkan konsumsi protein yang lebih tinggi di perkotaan daripada pedesaan.
Berdasarkan pengeluaran kuintil, rata-rata konsumsi kalori sehari-hari per kapita juga meningkat. Warga berpenghasilan tinggi akan mampu untuk mendapatkan lebih banyak protein. Akan tetapi, hanya masyarakat dalam kuintil ketiga hingga kelima yang memenuhi rekomendasi nasional, yaitu 45,76 gram per hari.
Bagaimana Pemerintah Menangani Masalah Asupan Protein?
Pemerintah telah melaksanakan visinya yang disebut Asta Cita (8 Program Berdampak Cepat) dari strategi transformasi nasional: Menuju Indonesia Emas 2045 (Prabowo Subianto, 2024). Salah satu programnya berfokus pada penguatan pangan dan keamanan energi, yang selaras dengan tujuan kedua dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG), yaitu Zero Hunger.
Ikan, Sumber Protein yang Lebih Tinggi dan Terjangkau
Meskipun alternatif protein lain telah berkembang di daerah-daerah lain, Indonesia masih harus menaikkan konsumsi ikan. Sebagai negara berpotensi tinggi dalam sumber daya ikan dan maritim, Indonesia masih memiliki konsumsi ikan yang rendah ketika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, khususnya berada di posisi ke-17 di dunia pada tahun 2021. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kurangnya infrastruktur untuk menyebarkan ikan berkualitas tinggi. Seperti yang kita tahu, Indonesia terbentuk dari kepulauan-kepulauan; Oleh karena itu, infrastruktur dan rantai pasok telah menjadi tantangan utama. Berbagai masalah yang dimiliki termasuk akomodasi pasar, persediaan es yang minim, dan penyimpanan dingin yang layak di dalam kapal. Meskipun ikan berkualitas tinggi didagangkan di pasar internasional, warga Indonesia kemungkinan mengonsumsi ikan berkualitas rendah hingga menengah (Mongabay Indonesia, 2018). Apalagi, budaya konsumsi di Indonesia lebih memilih jenis daging lain daripada ikan (Neliti, 2018), meskipun jenis-jenis tertentu mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi daripada jenis daging lain. Akhirnya, pemerintah masih harus meningkatkan konsumsi ikan di Indonesia melalui mekanisme kolaboratif.
Memperkenalkan Beragam Alternatif Protein melalui Makan Bergizi Gratis
Menyadari bagaimana konsumsi makanan memengaruhi status kesehatan dan produktifitas nasional telah menggerakkan penerapan dari kebijakan kontroversial berikutnya: program Makan Bergizi Gratis.
Mempromosikan beragam sumber protein bisa dilakukan melalui banyak program konsumsi makanan nasional, seperti program Makan Bergizi Gratis. Program ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2025 dan bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah melalui menu yang seimbang dan sehat. Program nasional ini membutuhkan kolaborasi dari pihak-pihak berkepentingan, termasuk industri pangan, praktisi kesehatan, polisi, TNI, dan organisasi-organisasi swasta.
Menyediakan menu-menu yang berbeda dapat mendukung jenis protein yang beragam berdasarkan potensi lokal. Misalnya, ikan bisa digunakan sebagai sumber protein di daerah pesisir, menggantikan daging merah atau ayam. Program ini tidak hanya memperbaiki konsentrasi dan kesehatan metabolisme anak-anak, tetapi juga menangani kekurangan pangan, khususnya protein.
Pada saat ini, pemerintah Indonesia juga menghadapi beban malnutrisi yang tiga kali lipat. Karena itu, kebijakan sementara ini masih fokus pada rata-rata konsumsi makro dan mikronutrien. Namun, kebijakan ini belum membicarakan kualitas protein.
Sebuah rekomendasi dari International Panel of Experts on Sustainable Food Systems (IPES-Food) pada tahun 2022 mengatasi masalah politik protein. Mereka menyarankan sebuah fokus global kepada mendapatkan ‘sistem makanan berkelanjutan’ daripada ‘transisi protein’ saja, yang berbeda diantara wilayah dunia lain (IPES-Food, 2022).
Tantangan ini tidak hanya dalam koleksi data, tetapi juga dalam penilaian, yang menyebutkan bahwa perbandingan praktisi kesehatan, terutama ahli gizi, di Indonesia masih jauh dari cukup. Selain itu, mereka belum mampu memisahkan faktor-faktor tidak langsung yang memengaruhi status nutrisi, seperti pola pengasuhan anak, lingkungan kesehatan yang layak, dan ketahanan pangan keluarga (Universitas Esa Unggul, 2016), yang, dari perspektif makro, dipengaruhi oleh dinamika politik.
Referensi (Harvard Style)
Basri, C. (2024) Indonesia requires the right policies for rough times to lift its middling growth. East Asia Forum. Available at: https://eastasiaforum.org/2024/10/20/indonesia-requires-the-right-policies-for-rough-times-to-lift-its-middling-growth/ (Accessed: 15 April 2025).
BPS (2023a) Average Daily Consumption of Calorie and Protein per Capita 1990–2024. Statistics Indonesia. Available at: https://www.bps.go.id/en/statistics-table/1/MTk4NiMx/average-daily-consumption-of-calorie-and-protein-per-capita-1990---2024.html (Accessed: 15 April 2025).
BPS (2023b) Consumption of Calorie and Protein of Indonesia and Province, March 2023. Statistics Indonesia. Available at: https://www.bps.go.id/en/publication/2023/10/20/bc49f9e37fe51852b8b0115c/consumption-of-calorie-and-protein-of-indonesia-and-province-march-2023.html (Accessed: 15 April 2025).
Esa Unggul University (2016) Undergraduate Thesis Library. Available at: https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1740-DAFTAR%20PUSTAKA.pdf (Accessed: 15 April 2025).
FAO (2024) FAOSTAT Food Balance Sheets. Available at: https://www.fao.org/faostat/en/#data/FBS (Accessed: 15 April 2025).
IPES-Food (2022) The Politics of Protein. Available at: https://ipes-food.org/report-summary/the-politics-of-protein/ (Accessed: 15 April 2025).
Ministry of Marine Affairs and Fisheries (2021) Consumption of Fish GDP Positively Correlated: Indonesian Minister. Antara News. Available at: https://en.antaranews.com/news/329134/consumption-of-fish-gdp-positively-correlated-indonesian-minister (Accessed: 15 April 2025).
Mongabay Indonesia (2018) Ikan Tuna: Mahal dan Primadona Ekspor. Available at: https://www.mongabay.co.id/2018/09/04/ikan-tuna-mahal-dan-primadona-ekspor/ (Accessed: 15 April 2025).
National Research Council (2005) Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. National Academies Press. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK234922/ (Accessed: 15 April 2025).
Neliti (2018) Persepsi Konsumen Terhadap Ikan dan Daging. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/272080-none-9459c587.pdf (Accessed: 15 April 2025).
Prabowo Subianto (2024) Asta Cita 2 – National Vision Document. Available at: https://prabowosubianto.com/asta-cita-2/ (Accessed: 15 April 2025).
UNFPA (2019) Executive Summary on Population Ageing. Available at: https://www.unfpa.org/sites/default/files/pub-pdf/UNFPA-Exec-Summary.pdf (Accessed: 15 April 2025).
United Nations (2017) World Population Prospects 2017. Available at: https://www.un.org/development/desa/pd/sites/www.un.org.development.desa.pd/files/files/documents/2020/Jan/un_2017_world_population_prospects-2017_revision_databooklet.pdf (Accessed: 15 April 2025).